Anggota Fortamas LIPI
BANDUNG,SUBANG DAN KARANGSAMBUNG

Media ini merupakan alat promosi usaha anda, bila anda ingin bergabung silahkan kirim e-mail pada :

fortamas.lipi.bdg@gmail.com

Jumat, 23 Maret 2007

Persepsi dalam Komunikasi

Dipresentasikan oleh: Noorfiya Umniyati, A.Md.
Rabu, 14 Maret 2007 pada Pertemuan Bulanan Fortamas LIPI Bandung
di UPT BPI LIPI Gedung 30 Lt.2 Ruang Serbaguna


Persepsi sebagai Inti Komunikasi

  • “Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna” (John Wenburg & William Wilmot)
  • “Persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana” (Aubrey Fisher & Katherine Adam)
  • Persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (yakni indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar), atensi, dan interpretasi.
  • Sensasi merujuk kepada pesan yang dikirimkan otak lewat reseptor tubuh melalui alat indera kita.

Persepsi Sosial

Persepsi manusia terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia.

Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks, karena manusia bersifat dinamis.

Proses persepsi terhadap lingkungan sosial dihadapkan pada:
  • Persepsi terhadap orang adalah melalui lambang verbal dan nonverbal. Orang lebih aktif daripada objek dan lebih sulit diramalkan.
  • Persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam( perasaan, motif, harapan, dsb)
  • Persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu karena manusia bersifat dinamis.
Manusia lebih aktif dan sulit diramalkan. Manusia juga bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko.


Persepsi Berdasarkan Pengalaman

Persepsi sosial (bagaimana persepsi kita terhadap lingkungan sosial) dibedakan oleh beberapa hal salah satunya yaitu berdasarkan pengalaman kita.

Perilaku manusia terbentuk berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah mereka pelajari.

Persepsi manusia terhadap seseorang atau objek atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek, atau kejadian serupa.

Berikut adalah contoh nyata yang melukiskan bagaimana persepsi manusia yang terlazimkan oleh pengalaman sendiri “diuji” dalam pengalaman orang (budaya) lain :

Waktu pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Barat, saya menginjak kaki seorang muda yang kelihatannya cukup seram.
Bagi saya yang berasal dari Medan, menginjak kaki dengan sengaja maupun tidak, pasti fatal akibatnya, minimal caci maki pasti kita dapatkan.
Namun saya terkejut, karena orang yang saya injak kakinya dengan tidak sengaja itu malah berkata, “Punten A, kaki saya terinjak.”
Saya heran dengan budaya disini.
Saya bertanya-tanya dalam hati, orang sini penakut atau memang terlalu ramah?

(Parsaoran Sirait, Fikom Unpad)


Persepsi Bersifat Selektif

Setiap saat kita diberondong dengan jutaan rangsangan indrawi. Bila kita harus menafsirkan setiap rangsangan tersebut, kita bisa gila. Kita belajar mengatasi kerumitan ini dengan memperhatikan sedikit saja rangsangan ini (Verderber)

Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama yang menetukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut.

Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal berikut :
  • Faktor Biologis (lapar, haus, mengantuk, dsb)
  • Faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, lelah, penglihatan atau pendengaran kurang sempurna, cacat tubuh, dsb)
  • Faktor sosiobudaya seperti gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengahasilan, peranan, status sosial, pengalaman masa lalu, kebiasaan, dsb.
  • Faktor psikologis seperti kemauan, keinginan, motivasi, pengharapan, dsb.
Semakin besar perbedaan aspek-aspek tersebut secara antarindividu, semakin besar perbedaan persepsi mereka mengenai realitas.


Persepsi dan Pola Perilaku

Dalam berpersepsi pun kita sering tidak cermat, sehingga timbullah kesalahan dalam berpersepsi. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsi sesuatu atau seseorang sesuai dengan pengharapan kita.

Banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana kita berpersepsi terhadap sesuatu, dan itu menjadi pola-pola yang terbentuk dalam perilaku sosial kita dalam kehidupan sehari-hari.