Anggota Fortamas LIPI
BANDUNG,SUBANG DAN KARANGSAMBUNG

Media ini merupakan alat promosi usaha anda, bila anda ingin bergabung silahkan kirim e-mail pada :

fortamas.lipi.bdg@gmail.com

Sabtu, 01 Desember 2007

Tumbuh Subur Media Komunitas.

Dengan kebebasan berkomunikasi, siapa saja sekarang ini bisamelaporkan apa saja , yang dinginkan, dari yang dilihat, apakah itu opini, reportase sampai masalah privacy atau curhat, semua ini dapat disebarkan kepada yang lain. Kondisi ini jelas memunculkan nuansa kultural dan peta sosial, dan menjadi base perluasan tumbuh suburnya peluang dari segala sisi apakah itu ekonomi, pegiat-pegiat komunikasi.Kondisi ini juga muncul pesaing atau sebagai kompetitor sesama media, karena dihadapkan pada media pasar bebas. Kecenderungan pada tatanan persaingan global, seperti maraknya open source reporting, juga para blogger yang meramaikan berbagai isue.

Dengan kebebasan ini tidak bisa tidak, isue moralitas selalu menghantui wacana komunikasi yang sedang dibangun. Karena ruang media sudah terjajal oleh hukum bisnis, sepertinya berevolusi, saling mengarahkan pada karakter dan penyesuaian diri dengan gaya hidup yang semakin beragam, dan tak pernah tenggelam

Situasi yang begitu menakutkan kalau konsumen / user sudah tidak lagi membutuhkan produsen, banyak pabrik yang gulung tikar. Karena mainstream media menyatu dengan media Community Acsess Point (CAP), melalui internet masyarakat (RT/RW Net). Sebagai Apresiasi individu atau masyarakat pegiat komunikasi juga pembisnis dengan mudah mendapatkan informasi dengan kemasan maupun isi dari pasar media. Para pelaku komunikasi atau pegiat media dituntut tidak "gaptek" karena teknologi komunikasi terus berkembang pesat.

Bagaimanapun sangat bijaksana jika kita membangun hubungan jangka panjang dengan media. Tidak hanya untuk sesaat saja. Terutama berhadapan pada fungsi Public Relation (P.R) dimanapun kegiatannya selalu erat dengan media, akan menjadi alat efektif terutama dalam marketing mix. Jelas tanpa P.R penerapan konsep marketing mix akan pincang dalam kelembagaan atau organisasi. Dengan bahasa klasik akan meningkatkan citra kelembagaan, terutama masyarakat peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan meningkatkan kualitas partisipasi public untuk kepentingan Negara tercinta ini.

Oleh Nanan Sumarna.
Diposting oleh Ir.Sugiono

Jumat, 23 November 2007

PROTOTYPE MOBIL BERBAHAN BAKAR AIR BUATAN ISRAEL
Memproduksi Hidrogen di dalam Mobil Baru-baru ini, para peneliti kembali mengembangkan sebuah sistem unik yang dapat memproduksi hidrogen menggunakan logam yang mudah ditemukan, magnesium dan aluminium. Seng murni sudah lebih dulu dikembangkan untuk memisahkan hidrogen dari air dengan mengikat atom oksigen.Teknologi yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan Israel tersebut dapat mengatasi berbagai hambatan yang berhubungan dengan proses produksi, distribusi, dan penyimpanan hidrogen. Jika suatu saat dilempar ke pasaran, mobil yang memakai sistem tersebut dapat dijual dengan harga yang relatif sama dibandingkan mobil yang ada sekarang.Satu kelebihannya adalah bebas emisi gas buang.
Prototype Mobil berbahan bakar air buatan Perusahaan Israel didasari oleh semakin menipisnya cadangan minyak dunia yang menyebabkan naiknya harga, sehingga menyebabkan banyak pihak berusaha mencari sumber bahan bakar alternatif sebagai sumber energi di sektor otomotif. Sebelumnya, peneliti Israel dari Weizzmann Istitute menawarkan teknologi pemrosesan seng murni untuk menghasilkan hidrogen dari air menggunakan energi matahari yang murah.
Solusi berbeda inilah yang dikembangkan sebuah perusahaan Israel Engineuity berupa sistem yang ditanam di dalam mobil. Amnon Yogev, salah satu pendirinya, adalah profesor dari Weizzmann Institute. Ia menunjukkan bahwa metode tersebut dapat digunakan untuk memproduksi hidrogen secara kontinyu dan uap bertekanan konstan yang dibutuhkan mobil.
Metode ini juga dapat digunakan untuk menghasilkan hidrogen untuk fuel cell dan berbagai aplikasi lain yang membutuhkan hidrogen dan uap.
Mobil hidrogen yang dikembangkan Engineuity menggunakan logam magnesium dan aluminium dalam bentuk gulungan kawat panjang. Tanki gas di dalam mobil biasa akan diganti dengan piranti yang disebut pembakar logam dan uap (metal-steam combustor) yang akan memisahkan hidrogen dari air. Gagasan utama di balik teknologi ini begitu sederhana. Ujung gulungan logam dimasukkan ke dalam pembakar bersama-sama dengan air yang kemudian akan dibakar pada suhu tinggi. Atom logam akan mengikat oksigen dari air menghasilkan oksida logam. dengan demikian, molekul hidrogen bebas dan dikirim ke dalam mesin.Tentu saja sistem tersebut dilengkapi mekanisme penggulung kawat logam selama proses produksi bahan bakar. Selain itu, tersedia juga pengisap oksida logam yang akan mengumpulkannya ke dalam tabung. Oksida logam sebagai produk sampingan kemudian dikumpulkan dalam stasiun bahan bakar dan dapat didaur ulang untuk keperluan industri logam. Sistem yang dikembangkan ini lebih efisien dibandingkan solusi pemrosesan hidrogen lainnya. Uap panas yang dihasilkan dapat digunakan sehingga kinerjanya setangguh mobil konvensional. Hanya saja, mobil harus menanggung berat yang lebih besar agar bahan bakar yang digunakan dapat dipakai untuk jarak yang jauh. Agar mampu mencapai jarak yang sama dengan mobil berbahan bakar fosil, dibutuhkan gulungan kawat logam dengan berat tiga kali lipat lebih besar daripada tangki minyak. Sampai sekarang Engineuity mendapat program inkubasi dari Kepala Ilmuwan di Israel dan sedang mencari investor yang berminat untuk mendanai pengembangan prototipnya. Dari proposal yang disusun, kira-kira butuh tiga tahun untuk mengembangkan prototip tersebut. Karena tidak terlalu banyak modifikasi pada mesin, pembuatannya dapat dibuat dengan proses produksi yang dipakai industri otomotif sekarang. Dengan tidak perlu banyak tambahan investasi infrastruktur baru, harga jualnya diperkirakan dapat dipertahankan agar tidak jauh berbeda dengan mobil konvensional.Meskipun demikian, Engineuity tidak hanya akan memodifikasi mobil yang sudah ada tapi merencanakan juga untuk mendesain model mobil yang baru.
Dikutip Oleh Sugiono sumber dari Kompas

Selasa, 18 September 2007

MANFAAT IPTEK
ORANG AWAM BERKATA TEKNOLOGI YANG BERMANFAAT
BUAT KEMASLAHATAN UMAT

Kemajuan teknologi bukan berarti semuanya bermanfaat buat umat manusia, bila tidak dibarengi dengan keimanan, teknologi yang bagaimana dapat bermanfaat bagi umat. Pertanyaan seperti ini sering tercetus bagi para ilmuwan yang ingin membuat umat manusia sejahtera, tapi bagi ilmuwan lainnya yang terkadang muncul gagasan jahat, bagaimana caranya dapat menghancurkan umat demi kepentingan pribadi atau golongan, tanpa berpikir bahwa Allah Swt, menciptakan bumi dan langit ini hanya untuk dijaga dari kerusakan, dan dimanfaat sebaik mungkin untuk kemaslahatan sebagai sarana untuk beribadah pada yang Maha Pencita, Maha Mengetahui, Maha Menghitung. Dalam surat zalzala Allah berifirman “ Fama ya’mal mistqoo la dzarrotin khoeron yaroh, wamaya’mal mistqoo la dzarrotin syarron yaroh” amalan seseorang untuk kebaikan walapun sebesar atom (nuklir) akan Allah balas dengan yang lebih baik, tetapi sebaliknya bila perbuatan orang untuk kebatilan walaupun sebesar atom (nuklir) akan dibalas oleh Allah dalam bentuk adzab (lebih besar)”

Beberapa peristiwa sejak meletusnya Perang Dunia I dan II, berbagai teknologi telah diciptakan oleh manusia, tetapi sifatnya untuk membuat seuatu kehancuran umat. Contoh yang kita kenal dengan peristiwa dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan hirosima, betapa kehancuran itu melanda umat bangsa Jepang yang sedemikian kental adat istiadat ketimuran, kehancuran itu membuat Jepang bangkit dari dunia perang menjadi dunia damai, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi modern, sehingga Jepang dapat berdiri kokoh dan termasuk Negara yang disegani akan perkembangan teknologinya oleh dunia Barat.

Peristiwa terjadinya pembumi hangusuan Nagasaki dan Hirosima oleh Negara yang mengaku sebagai Negara Super Power, tidak membuat Jepang mandul dari pemanfaatan teknologi apapun termasuk teknologi Nuklir, baik itu bidang energi, kesehatan atau industri serta pertanian. Dari niat baik untuk menggali potensi energi yang membutuhkan jumlah sedikit, tetapi menghasilkan energi yang cukup besar dibandingkan dengan harus menggali sumber minyak bumi, atau batu bara. Dan yang patut dikagumi Negara tersebut hamparan daratannya tidak lepas dari potensi bencana gempa bumi, karena buminya mengandung resiko gunung aktif.
Mengapa Jepang berani memanfaatan teknologi Nuklir, karena bangsa Jepang yang terkenal dengan budayanya, dan tidak cengeng, dan sudah tahu bahwa teknologi apapun bila disalah gunakan membuat Negara akan hancur dan dia lebih paham akan ayat-ayat Allah Swt, yang sudah tersurat di dalam Al Qur’an (Subachanallah), tetapi bangsa kita yang sebagian umatnya menganut ajaran Islam, malah tidak memahami, bahkan berprinsip lebih baik mengali kekayaan alam seperti minyak bumi, batu bara, yang akan membuat dampak negative lebih besar dari pada dampak positifnya. Penggalian minyak bumi misalnya sebesar mungkin yang dijadikan sumber penghasilan Negara kita, mengapa harga bahan bakar tidak pernah turun bahkan cenderung bertambah mahal dan langka. Masyarakat pengguna minyak tanah saat ini sering menjerit karena kesulitan untuk memperoleh apa yang ia butuhkan hanya untuk keperluan memasak, belum lagi seandainya menyak itu ada harganyapun cukup tinggi. Karena minyak tanah jumlahnya terbatas, maka pemerintah berusaha mengalihkan dengan pemanfaatan teknologi LPG, berapa barel kandungan gas alam yang terkandung di dalam perut bumi ini, pertanyaannya akankah tersedia pada masa yang cukup panjang, atau nanti kita harus impor dari Negara lain.

Bangsa kita terlalu dinina bobokan oleh bangsa lain dengan nyanyian dan dongeng yang sugguh sangat mempengaruhi rasa kedewasaan dan kemandirian, mengakibatkan bangsa ini lebih banyak tertidur lelap dipangkuan ibu pertiwi. Rumah dimasuki penjarahpun sampai tidak tahu, coba hitung berapa kekayaan kita yang sudah berpindah tangan dan diboyong kenegara lain. Terutama para tenaga ahli kita yang disekolahkan ke luar, setelah selesai enggan pulang ke negeri yang terkenal makmur loh jinawi, aman tentrem, tata raharja. Dibalik itu sebagian anak bangsa juga masih banyak yang peduli, ini terbukti dengan kemajuan hasil teknologi yang berkaitan dengan ketahanan pangan bidang pertanian dan peternakan. Hasil litbang iptek nuklir berkembang cukup baik karena sudah menghasilkan 14 varietas padi Pemanfaatan hasil Teknologi Nuklir, yang sekarang dikenal yaitu padi varietas

Diah suci, Mira-1 di daerah Jawa Barat Kabupaten Bandung (Ciparay, Solokan Jeruk, Bojong Malaka dan sekitarnya), Kabupaten Subang (Pamanukan, Pusaka Negara, Patok Beusi dan sekitarnya), Kabupaten Karawang, Kab. Purwakarta, Kab. Cianjur, Kab. Cirebon, Kab. Ciamis, Kab. Garut. Selain itu di daerah Jawa Timur: Kab. Blitar, Malang, Nganjuk, Trenggalek, Tulungagung. Daerah Jawa Tengah Kab. Solo, Kab. Klaten, Kab. Brebes dll. Dan masih banyak daerah lainnya yang menanam padi hasil dari litbang iptek nuklir. Demikian pula bidang peternakan, untuk mangatasi kesulitan pakan dan untuk dapat mempercepat penggemukan berat badan, jumlah produksi susu peternak juga sudah merasakan hasil litbang iptek nuklir berupa suplemen pakan ternak, atau pakan ternak siap santap.
Mengapa kita anti Nuklir, kalau betul-betul kita rasakan bahwa nuklir itu lebih besar manfaatnya dari modaratnya.

Semoga kita segera lekas bangun dari tidur, dan segera gosok gigi, mandi pakai sabun wangi, berangkat mengaji dan mengkaji dengan kepala dingin dengan tidak menyalahi aturan Allah Swt.

Bandung, 18 September 2007
DHARSONO H.R.
Alamat Kantor: PTNBR – BATAN Jalan Tamansari 71 Bandung
Alamat Rumah : Komp. Guruminda D-23, Bandung, 40293
Jabatan : Pranata Humas Muda

Dipublikasikan oleh Sugiono

Kamis, 30 Agustus 2007

INFORMASI SUMBER SOLUSI

Seputaran tahun 1960-an dan saat ini, atmosfer organisasi saat ini telah berubah secara menakjubkan. Berbagai kekuatan arus telah memicu perubahan-perubahan tersebut. Seiring meningkatnya efek teknologi dan telekomunikasi yang telah berhasil “mengecilkan” ukuran dunia, pergerakan keragaman para pekerja (profesional) membawa nilai-nilai, perspektif dan ekspektansi yang berbeda di antara mereka (para pekerja). Kesadaran publik semakin lama semakin sensitif dan menuntut organisasi agar semakin profesial dan bertanggung jawab secara sosial. Seperti halnya negara-negara dunia ketiga, kita pun telah turut terlibat dalam persaingan pasar global dan melebarkan arena bagi aktivitas penjualan dan pelayanan. Organisasi pun akhirnya kini tidak hanya dituntut untuk bertanggung jawab kepada para stockholders (para pemegang saham) namun juga para stakeholders. Pada saat ini, dunia yang kita alami sudah sangat jauh berbeda dengan dunia yang kita alami sepuluh lima belas tahun yang lalu. Dunia ilmu juga tidak terlepas dari berbagai pengaruh ini. Terjadi perubahan Era, yang sekarang kita berada era informasi, bukan lagi era industrialisasi. Era dimana pemikiran linear yang bersifat mekanistik, yang menghasilkan kemajuan seperti yang kita alami saat ini, sudah mulai digoncang oleh hasil-hasil perkembangan ilmu yang baru, yang mendorong tumbuhnya suatu paradigma baru.
Sebagai hasil kekuatan perubahan di atas, organisasi didesak untuk mengadopsi “paradigma baru” atau melihat dunia saat ini secara lebih sensitif, fleksibel, dan mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan para stakeholders. Banyak sudah organisasi yang telah melepaskan atau sedang melepaskan paradigma lama yang bersifat top-down, kaku, dan berstruktur hierarkis menuju pada bentuk-bentuk yang “organik” (fluid). Dengan perkataan lain, diperlukan mind set yang baru, baik dalam pemahaman maupun pengelolaan organisasi dan manusia yang ada di dalamnya.
Era industrialisasi dimulai dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Penemuan ini menyebabkan digantikannya tenaga manusia dengan tenaga mesin. Terjadi pemisahan antara manusia yang bekerja dengan alat produksi. Hal ini mendorong tumbuhnya pabrik-pabrik, dengan segala macam konsekuensi pengelolaannya. Mesin menjadi suatu alat utama dalam proses produksi untuk meningkatkan kesejahteraan. Pentingnya mesin ini merasuki semua aspek kehidupan manusia sehingga cara berpikir dan cara bertindak kita menjadi mekanistis. Metafora mesin menjadi suatu metafora yang dominan dalam era industrialisasi. Teknik-teknik pengelolaan yang dikembangkan dalam industrialisasi mengacu pada pandangan organisasi sebagai mesin dan memandang manusia sebagai salah satu bagian dari mesin (Morgan,G. 1998). Teknik-teknik manajemen yang berkembang dan mendominasi era industrialisasi dimulai dengan Scientific Management dari Taylor, yang berkembang lebih lanjut sesuai dengan tuntutan masyarakat antara lain Management by Objective [MBO], Management Science yang bersifat matematis untuk mengoptimalkan ”mesin” organisasi, Total Quality Management yang berusaha meningkatkan kualitas keluaran organisasi, Bussiness Process Reenginerring [BPR] yang menekankan pada penghilangan proses-proses produksi yang tidak memberikan nilai tambah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi.
Kata kunci yang dipegang dalam era ini adalah “efisiensi”. Teknik motivasi dan teknik kepemimpinan yang berkembang dan dikembangkan dalam era ini juga menganggap manusia sebagai bagian dari alat produksi. Manusia harus dirangsang oleh sesuatu yang dari luar, extrinsic motivation, untuk berperilaku sesuai dengan keinginan organisasi seperti tehnik motivasi yang dikemukakan oleh Vrom, Porter & Lawler, teori Equity dari Adam. Teori-teori dan teknik-teknik kepemimpinan yang berkembang di era ini pun bersifat behaviouristik, yang menganggap manusia itu makhluk yang pasif, yang bisa digerakkan untuk kepentingan tertentu–dalam hal ini kepentingan organisasi. Teknik-teknik kepemimpinan dalam mengelola sumberdaya manusia pada era ini berdasarkan pada dua sumbu utama, yaitu “sumbu tugas” dan “sumbu manusia”. Dimulai dari model Ohio, dan dikembangkan lebih lanjut oleh University Michigan, menghasilkan berbagai teori dan model kepemimpinan seperti Managerial Grid dari Blake & Mouton, Situational Leadership dari Hersey Blanchard, Path Goal theory dari House & Mitchel, Contingency theory-LPC dari Fiedler, ataupun teori kepemimpinan Vroom, Yetton & Jago yang semuanya lebih bersifat preskriptif (Daft, Richard L., 2002).

Era informasi yang sedang kita masuki sekarang ini mengharuskan kita melihat dan menanggapi organisasi secara lain, karena organisasi sekarang ini berada dalam situasi lingkungan yang berlainan, dengan tantangan dan kondisi yang berbeda dengan era industrialisasi. Perubahan- perubahan terutama dalam ilmu fisika mendorong suatu pemahaman baru tentang dunia yang kita alami, termasuk pemahaman tentang manusia yang ada dalam dunia. ”Adanya” manusia dan cara mengadanya mendapatkan pemaknaan secara berbeda dalam cahaya ilmu yang berubah. Perbedaan cara pandang, yang dikenal sebagai perubahan paradigma berpikir dalam memandang dunia dan manusia dapat dilihat dari tabel di berikut.
Era informasi ini juga merubah drivers organisasi. Kepemilikan modal, sumberdaya alam, tenaga kerja yang murah, mesin, dan teknologi tidak lagi menjamin bahwa organisasi akan mampu berkiprah dengan baik dalam suatu populasi organisasi. Era sekarang sangat mementingkan pemilikan dan penguasaan pengetahuan para anggota organisasi, sehingga driver utama bagi kelangsungan hidup organisasi adalah kepemilikan pengetahuan para anggotanya. Pengetahuan para anggota organisasi ini perlu dikelola lebih baik yang dikenal sebagai knowledge management. Nonaka membagi pengetahuan yang dimiliki organisasi menjadi dua yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tugas para pengelola organisasi adalah menjadikan tacit knowledge yang dimiliki anggota anggotanya menjadi explicit knowledge yang dimiliki bersama. Organisasi dalam era ini membutuhkan knowledge workers. Untuk dapat survive, organisasi sebaiknya mengubah pola pengelolaan sumberdaya manusia dalam organisasi, karena knowledge ini dimiliki oleh para anggota organisasi, dan akan keluar bersama anggota tersebut kalau dia meninggalkan organisasi. Bukan seperti mesin yang tetap tinggal dalam organisasi meskipun operatornya keluar dari organisasi.
Era knowledge economy membutuhkan karyawan-karyawan dan organisasi yang mampu melakukan proses pembelajaran secara terus- menerus, sehingga organisasi mampu menyesuaikan diri secara terus- menerus. Pembelajaran dalam organisasi tidak saja merupakan pembelajaran dari feedback negatif–yang disebut Argyris sebagai single loop learning, melainkan suatu proses pembelajaran yang dikenal sebagai double loop learning. Proses ini akan menghasilkan suatu learning organization (Senge, P. 1990).
Saat ini para pemimpin atau manajer organisasi/instansi harus berhadapan dengan arus perubahan yang cepat dan terus-menerus. Para pimpinan/manajer harus bekerja dengan pengambilan keputusan yang vital yang tidak dapat mengacu pada arah-arah pengembangan di masa yang lalu. Teknik-teknik manajemen harus secara berkesinambungan memperhatikan perubahan di lingkungan dan organisasinya, mengukur perubahan dan mengelolanya. Mengelola perubahan tidak hanya berarti mengendalikan saja namun juga mengadaptasinya atau bahkan mengarahkan sebagaimana mestinya.
Tentu saja hal ini membuat para pimpinan/manajer tidak dapat menguasai seluruh pemecahan masalah atau sumber daya bagi setiap situasi. Manajer seyogyanya mulai mempertimbangkan dan lebih mendengar pada para pegawainya. Konsekuensinya, bentuk baru sebuah organisasi menjadi hal yang umum dilakukan seperti, worker-centered teams, self-organizing dan self designing teams, dan sebagainya.
( nanan sumarna )

Selasa, 07 Agustus 2007

ADA APA DENGAN CITRA

Oleh : Nanan Sumarna

Sebuah nama klasik yang selalu disebut-sebut dalam nuansa seremonial, apakah itu untuk suatu penghargaan seseorang yang berprestasi atau penilaian khusus terhadap komunitas tertentu. Yang disebut Citra.

Citra menjadi perbincangan dikalangan para praktisi kehumasan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Bandung menggelar seminar bertemakan “ Komunikasi dalam Peningkatan Citra kantor Pemerintah “. Pada hari selasa 24 Juli 2007 bertempat di gedung BIT-LIPI Lantai. 2 Jl. Sangkuriang Bandung . Seminar ini dimotori oleh komunitas kehumasan LIPI, dihadiri para praktisi humas pada pemerintahan, BUMN/D, Departemen-departemen juga mahasiswa dan wartawan. Acara tersebut sangat menarik, mendapat sambutan hangat, karena pembicara begitu atraktif dengan para peserta seminar.

Pembicara kunci adalah DR. Dewi K. Sudarsono MS dengan bahasa lugas, tertata, penyampaian yang menarik, sesuai dengan judul yang diberikan yaitu “ komunikasi efektif “ yang lebih menarik lagi seraya tersenyum “ komunikasi itu adalah sarana penyampaian yang jitu, apakah itu gagasan atau ide tentunya dengan prilaku positif “ katanya. Dari Humas LIPI disampaikan Heni Rosmawati,Msi “ banyak permasalahan yang dihadapi oleh intitusi terutama di internal LIPI sendiri, begitu manfaatnya peranan media cetak dan elektronik untuk mendongkrak citra “ . Menurut presenter TVRI yang bekerja di bagian hubungan masyarakat Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatan Iptek-LIPI. Sesuai dengan yang dibahas tentang “ Mencitrakan LIPI Lewat Media “ mendapat aplause dari para peserta seminar. Wacana dalam membangun citra LIPI berbasis komunikasi dan teknologi informasi, yang dibawakan oleh Suryani Made Subaliati, memberikan tatanan informasi detail dalam hubungan vertikal / horizontal dikalangan peneliti juga dengan luar peneliti untuk mewujudkan komunikasi yang solid. Pembicara dari Kebun Raya Bogor LIPI senantiasa membeberkan peranannya dalam peningkatan citra yang di bawakan oleh Ace Subarna.
Dalam rangka memperkuat infrastruktur teknologi informasi dan citra komunikasi dari panel diskusi menghasilkan suatu terobosan informasi untuk membangun dan meningkatkan citra di lingkungan kantor pemerintahan, merupakan masukan yang sangat berharga dalam menumbuhkan semangat kinerja yang lebih baik dan memberikan peranan pada tatanan yang lebih strategis dalam manajemen pemasyarakatan IPTEK juga pada manajemen pemerintahan.

Kegiatan seminar yang berkelanjutan ini tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan media, industri, dan masyarakat komunitas lainnya. Juga diselenggarakannya pelatihan-pelatihan dan rencana acara yang bersekala nasional. LIPI kawasan Sangkuriang Bandung menyediakan fasilitas gedung dengan parkir yang luas dan sarana lainnya. Seminar berkelanjutan ini di organisir oleh forum Komunikasi pranata Humas ( Fortamas ) - LIPI Bandung di kendalikan Mustari T.A dan Sugiono, juga melalui redaktur Nanan Sumarna dari Warta Fortamas, sebagai media kegiatan kehumasan. Informasi kegiatan fortamas dapat diakses melalui internet http://www.fortamas-lipi.bdg.blogspot.com atau e-mail : fortamas.lipi.bdg@gmail.com