Anggota Fortamas LIPI
BANDUNG,SUBANG DAN KARANGSAMBUNG

Media ini merupakan alat promosi usaha anda, bila anda ingin bergabung silahkan kirim e-mail pada :

fortamas.lipi.bdg@gmail.com

Sabtu, 29 Maret 2008

DEPKOMINFO BAGIKAN SOFTWARE GRATIS UNTUK BLOKIR SITUS PORNO

Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) mulai membagikan software (peranti lunak untuk komputer), guna memblokir laman (situs/website) porno. "Bagi mereka yang berminat, kami mulai membagikan software itu dalam acara di Kampus PENS ITS Surabaya, pada 29 Maret pukul 10.00 WIB," kata staf khusus Menkominfo, Sukemi kepada Antara di Surabaya, Jumat (28/3). Menurut staf khusus Menkominfo bidang komunikasi media itu, software tersebut akan dibagikan langsung oleh Menkominfo Mohammad Nuh dalam Sosialisasi UU Informatika dan Transaksi Elektronika. "Sosialisasi itu akan melibatkan 1.000 anak muda yang masuk dalam Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas) yang dikelola mahasiswa PENS ITS, untuk mengikuti pelatihan internet sehat," katanya. Alumnus ITS Surabaya itu mengemukakan, Menkominfo sendiri sudah menyiapkan langkah-langkah untuk memblokir laman-laman porno dalam beberapa pekan terakhir. "Secara kebetulan, UU ITE yang sudah disahkan DPR pada 25 Maret 2008 itu, juga mengatur soal situs-situs porno dan sanksi yang diberlakukan," katanya menegaskan. Ia mengatakan, Depkominfo tidak tahu kalau UU ITE juga mengatur soal laman-laman porno, tapi hal itu justru menjadi pendorong untuk mewujudkan rencana memblokir laman porno. "Pak Nuh sendiri sudah mensosialisasikan rencana itu kepada asosiasi warnet dan pemilik 'provider' dalam sebuah pertemuan di kantor Depkominfo di Jakarta' pada 27 Maret 2008," katanya menambahkan. Sebelumnya, Menkominfo Mohammad Nuh DEA menyatakan, pemerintah akan memblokir situs porno mulai April, dan diharapkan akan tuntas pada Mei mendatang. "Pengguna internet di Indonesia memang masih kecil dengan kisaran 25 juta orang, tapi Mei mendatang akan meroket, karena kami akan memberi fasilitas khusus untuk SMA/MA se-Indonesia," katanya usai menjadi khotib salat Jumat di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (21/3). Sumber: mediaindonesia.com

Diposting oleh Sugiono

Minggu, 16 Maret 2008

Penggiat Kawakan Olahraga Dirgantara

Herudi Kartowisastro, Penggiat Kawakan Olahraga Dirgantara

Jakarta - Korban tewas dalam peristiwa pesawat jatuh di Pamulang diduga adalah sang pilot, Herudi Kartowisastro. Siapa Herudi Kartowisastro?

Para penggiat dirgantara pasti mengenal dengan jelas sosok Herudi. Lulusan Fisika Teknik ITB ini adalah mantan Ketua Pusat Swayasa Pengurus Besar Federasi Aero Sport Indonesia (FASI). Berdua dengan adiknya, Hertriono Kartowisastro, mereka bahu-membahu memopulerkan olahraga yang membutuhkan nyali tinggi ini.

Majalah Angkasa No 12, September 1999 menulis, Herudi dan Hertriono menguasai segala macam olahraga dirgantara yakni aeromodelling, terbang layang, gantole, pesawat ultralight dan swayasa, dan paralayang.

Herudi yang dilahirkan tahun 1940 di Yogyakarta itu sudah bergiat di bidang kedirgantaraan sejak bersekolah di sebuah sekolah menengah atas di Yogyakarta tahun 1956-1957. Ketika berkuliah di ITB, kecintaan Herudi pada dunia dirgantara semakin mengental.

Herudi kemudian terjun di bidang terbang layang tahun 1963. Setelah puluhan tahun aktif, Herudi kemudian menduduki jabatan Ketua Pusat Pesawat Swayasa, sebuah anak olahraga dirgantara di bawah FASI.

Sembari menekuni hobi, karier Herudi sebagai pelayan negara juga terus menanjak. Tahun 1997, Herudi didapuk menjadi Ketua Badan Standarisasi Nasional. Kemudian Herudi menjadi Kepala Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP Iptek) Taman Mini Indonesia Indah. ( aba / nrl )

Berita diambil dari : detik.com

Diposting : oleh Sugiono

Selasa, 11 Maret 2008

DEPKOMINFO – I G A D D KERJA SAMA PENGEMBANGAN INTERNET

Depkominfo bersama dengan IGADD (Investor Group Against Digital Divide) koalisi institusi dan akademisi yang bertujuan mengurangi kesenjangan teknologi akan membuat cetak biru (blue print) yang menargetkan 20 persen masyarakat Indonesia memanfaatkan internet berkecepatan tinggi pada 2012.

"Kita akan membuat `blue print` bersama Depkominfo untuk penetrasi akses `broadband` di Indonesia," kata Direktur Institute for Democratiozation and Sosialisation of Technology The Habibie Center (IDST THC) Ilham Akbar Habibie mewakili IGADD dalam jumpa pers yang didamping Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Muhammad Nuh di kantor Depkominfo Jakarta, Rabu.

Pembuatan cetak biru tersebut merupakan salah satu poin kerjsama IGADD dengan Depkominfo yang tertuang dalam nota kesepahaman bersama (MoU) yang ditandangani oleh Menkominfo dengan Ilham Habibie mewakili IGADD pada 6 Februari 2008 silam di Depkominfo

Ilham mengatakan kerjasama tersebut mempunyai target utama meningkatkan penetrasi akses internet pita lebar (broadband) berkecepatan tinggi di dari sekitar satu persen menajdi 20 persen pada 2012.

Ia menjelaskan upaya yang dilakukan bersama nantinya tidak hanya pada percepatan penetrasi pemakaian internet, tetapi juga terkait dengan tarif akses internet yang lebih terjangkau dan pemerataan akses internet ke daerah rural.

Ilham mengatakan IGADD juga ingin agar dapat mempromosikan potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)-nya dengan tidak hanya menjadi konsumen akan tetapi juga bisa menjadi produsen produk-produk TIK.

"Kita akan membentuk `link and match` dengan investor dari luar negeri untuk produk-produk dalam negeri atau produk yang mempunyai konten lokal tinggi. IGADD akan memfasilitasi untuk mencari peluang itu," kata Direktur IDST THC itu.

IGADD, lanjut putra mantan presiden BJ Habibie itu, tidak memperdulikan teknologi telekomunikasi yang digunakan, akan tetapi lebih memfokuskan pada tujuannya yaitu pengembangan infrastruktur dan aplikasi telekomunikasi yang mudah dan dapat mendorong masyarakat untuk maju.

Lebih lanjut kerjasama Depkominfo dan IGADD meliputi penyelenggaran riset, seminar dan penulisan laporan yang mempertimbangkan inovasi teknologi, finansial, dan kebijakan publik yang mampu menarik minat investor untuk mendukung tearget 20 persen masyarakat Indonesia pengguna pita lebar pada 2012.

IGADD maupun Depkominfo juga berencana melakukan aktivitas promosi atau publikasi yang bertujuan mendapat dukungan dari masyarakat secara keseluruhan, yang diharapkan dapat mendorong kepercayaan investor agar mendukung investasi di bidang telekomunikasi.

Sedangkan Menkominfo mendukung apa yang menjadi tujuan dari IGADD karena sesuai dengan tujuan dari departemennya yaitu mewujudkan masyarakat informasi yang sejahtera.

Nuh mengatakan pemerintah juga mendukung penggunaan berbagai macam teknologi telekomunikasi yang berkembang di dan juga mendukung pengembangan teknologi telekomunikasi dalam negeri seperti Wimax.

"Keragaman teknologi telekomunikasi sangat diperlukan, bukan hanya wimax, saja karena penduduk Indonesia sangat banyak," kata Menkominfo.

IGADD merupakan sebuah koalisi institusi dan akademisi yaitu IDST The Habibie Center, Institut Teknologi Bandung dan DigitalDivide.org yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan digital di Indonesia dengan strategi "Meaningful Broadband"

Untuk mencapai tujuan itu, ITB sebagai anggota IGADD akan memperkenalkan IGADD ke dunia pendidikan tinggi melalui Forum Rektor yang diselenggarakan pada 18 maret 2008, sedangkan DigitalDivide.org akan membangun situs komunitas interaktif untuk menjaring partisipasi mahasiswa dan alumni Indonesia dalam formulasi IGADD.

Sumber: antara.co.id

Diposting oleh Sugiono

Minggu, 02 Maret 2008

GREEN FESTIVAL

Irit Bahan Bakar dan Pemanasan

Jumat, 22 Februari 2008

Oleh Nawa Tunggal

Di tengah ketidakmampuan menjangkau teknologi tinggi, tindakan sebatas memodifikasi kendaraan supaya lebih irit bahan bakar fosil pun berarti turut andil dalam mengurangi percepatan pemanasan global. Teknologi sarana transportasi di negara maju sudah jauh berkembang dan kita di Indonesia masih jauh tertinggal.

Teknologi bahan bakar di negara-negara maju sudah sampai pada tingkat menggunakan bahan bakar hidrogen dengan limbah senyawa air murni. Air murni ini turut menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca—gas penyebab pemanasan global.

Saat ini para produsen otomotif sudah berusaha menyempurnakan tipe-tipe kendaraan agar semakin hemat dalam konsumsi bensin atau solar. Penggabungan atau hibrid dengan baterai penyimpan listrik juga sudah dilakukan.

Pada konteks mengurangi percepatan pemanasan global, pengganti bahan bakar minyak dari fosil dengan bahan bakar nabati terus diupayakan.

Namun, berpijak pada kenyataan bahwa sarana transportasi yang paling banyak digunakan masih memakai bahan bakar dari fosil—bensin dan solar—maka pengembangan teknologi penghemat bahan bakar fosil tidaklah berlebihan.

Pembakaran bahan bakar minyak dari fosil menghasilkan gas karbondioksida (CO2). Gas ini sudah tidak bisa lagi sekadar dimaknai sebagai salah satu polutan udara. Sebab, gas ini termasuk paling dominan dalam menimbulkan efek gas rumah kaca (GRK) yang terperangkap di lapisan troposfer atmosfer.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang beranggotakan sekitar 3.000 ilmuwan dunia mencatat, konsentrasi CO2 di atmosfer menunjukkan laju percepatan paling tinggi setelah meninggalkan masa praindustri tahun 1900-an.

Data konsentrasi CO2 sebelum masa industri sebesar 278 parts per million/ppm dan pada tahun 2005 mencapai 379 ppm.

Selama 100 tahun terakhir (1906-2005), menurut IPCC, terjadi kenaikan temperatur permukaan bumi rata-rata sebesar 0,74° Celsius. Diproyeksikan, rata-rata kenaikan per dekade 0,2° Celsius.

Proyeksi IPCC itu tanpa menyertakan skenario pengurangan emisi GRK.

Radiasi matahari menembus lapisan atmosfer ke permukaan bumi, efek GRK mengubah gelombang pendek radiasi matahari menjadi gelombang yang lebih panjang. Gelombang panjang ini terhalang GRK sehingga tak dapat dipantulkan lagi ke luar angkasa sehingga menyebabkan permukaan bumi memanas. Fenomena memanasnya permukaan bumi ini disebut pemanasan global (global warming).

Akibat pemanasan global, IPCC menengarai, tutupan gletser (daratan salju) abad XX di belahan bumi utara sudah berkurang 7 persen. Gletser mencair dan permukaan laut pun meningkat 17 cm seabad terakhir.

Optimalisasi pembakaran

Pengurangan produksi CO2menjadi kunci mengatasi percepatan pemanasan global. Salah satu hal yang bisa mengurangi percepatan peningkatan temperatur permukaan bumi adalah dengan melakukan optimalisasi bahan bakar minyak dari fosil atau penghematan.

Salah satu teknologi penghematan bahan bakar fosil ini contohnya yang dikembangkan Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Instrumentasi (UPT BPI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Peralatan yang diberi nama EFT (Electric Fuel Treatment) sudah diproduksi dan didaftarkan patennya dan sudah diekspor ke Malaysia dan Singapura.

”Optimalisasi pembakaran dengan EFT mampu mengurangi emisi atau gas buang pada kendaraan sebesar 15 persen,” kata perekayasa EFT, Hariyadi, dari UPT BPI LIPI yang berkantor di Bandung, Jawa Barat, Kamis (21/2). Menurut dia, EFT yang diciptakan pada 2004 itu menggunakan prinsip intervensi bahan bakar dengan frekuensi dari metode Larmor. Frekuensi ini mampu meresonansi unsur C (carbon) dan H (hidrogen) yang mengalir dari tangki menuju ruang pembakaran di karburator.

Kandungan C dan H yang sudah terpengaruh frekuensi itu memungkinkan terjadi optimalisasi pembakaran. Hasil uji coba menunjukkan sekitar 15 persen emisi gas buang berkurang akibat pembakaran lebih sempurna.

Dari optimalisasi pembakaran, mesin semakin efisien. Dari hasil uji coba sepeda motor Honda Supra saat dipasang EFT seharga Rp 150.000, dapat menjangkau jarak 62 kilometer (km) dari sebelumnya tanpa EFT hanya mencapai 50 km.

Uji coba juga dilakukan pada mobil Honda Grand Civic berdaya jangkau 11 km/lt, setelah dipasang EFT menjadi 16 km/lt. Uji coba lainnya, pada mobil Isuzu Panther dengan bahan bakar solar, ketika dipasang EFT dapat menempuh 14 km. Saat tanpa EFT jenis mobil yang sama hanya bisa menjangkau 10 km/lt. Tambahan tenaga mencapai 3,6 tenaga kuda (HP).

Kota Jakarta dengan kondisi sistem transportasi yang makin macet dan makin semrawut, kini seraya menunggu perbaikan Pola Transportasi Makro dengan bus transjakarta atau monorel yang tak kunjung selesai, mungkin memodifikasi kendaraan pribadi supaya lebih irit menjadi solusinya. Setidaknya, ini bisa mengurangi percepatan pemanasan global....

Diambil dari : klikdiksos.blogspot.com/2008/02/green-festival, ditulis oleh Nawa Tunggal

Diposting oleh : Sugiono

Jumat, 22 Februari 2008

Apakah Daerah Anda Aman dari Ancaman Tsunami ?

Oleh : Comaluddin

Cilacap merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang mempunyai resiko terkena bencana khususnya tsunami. Hal ini diakibatkan oleh letak geografis Kabupaten Cilacap yang berbatasan dengan samudera Indonesia, dimana pada samudera tersebut terdapat pertemuan antara lempeng benua dan lempeng samudera. Pada pertemuan kedua lempeng tersebut berpotensi menimbulkan gempa dan tsunami.

Pada tahun 2006 yang lalu pernah terjadi gempa dan tsunami, dimana pusat gempa berada di wilayah Pangandaran. Tsunami di Pangandaran ini mengakibatkan jatuhnya korban ratusan orang bahkan di Kabupaten Cilacap sendiri khususnya di Kecamatan Adipala dan Nusawungu juga merenggut korban puluhan orang. Ibukota kabupten relatif aman terhadap tsunami ini, hal ini diakibatkan kotanya terlidung oleh Pulau Nusakambangan.

Lingkungan penduduk di Kabupaten Cilacap mempunyai ciri khas yaitu sebagai petani dan nelayan tetapi dilain pihak adanya industri-industri yang dibangun di kabupaten ini sedikit banyak berpengaruh pada kehidupan masyarakatnya. Industri-industri khususnya industri besar seperti pabrik semen Holcim, kilang minyak pertamina, dibangun di dekat pantai di wilayah ibukota kabupaten sementara hampir di sepanjang pantainya hidup para nelayan yang kebanyakan masih tradisional.

Untuk mengurangi tingkat jatuhnya korban jiwa apabila terjadi bencana, maka harus ada upaya dari pemerintah khususnya pemerintah daerah. Pengurangan tingkat ini dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi wilayah-wilayah yang rawan bencana, memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang bencana dan cara menghindarinya dan juga cara dan tempat evakuasi apabila terjadi bencana. Penelitian yang dilakukan oleh Herryal dkk, 2007, telah membuat peta rawan bencana tsunami khusus daerah Kabupaten Cilacap.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Herryal dkk menggunakan questioner, dimana questioner tersebut dibagikan kepada responden sebanyak 1000 responden. Ke-1000 responden tersebut tersebar di 10 desa, dimana mencakup 5 kecamatan. Desa-desa dan kecamatan dimaksud adalah :

Kecamatan Adipala meliputi desa-desa Gombol Harjo, Bunton dan Adipala

Kecamatan Cilacap Selatan meliputi desa-desa Tegal Kamulyan, Cilacap dan Tegal Reja

Kecamatan Cilacap Tengah meliptui desa-desa Donan dan Gunung simping

Kecamatan Cilacap Utara meliputi desa-desa Mertasinga dan Gumilir

Desa-desa tersebut terletak dipinggir pantai atau berdekatan dengan sungai yang bermuara di laut, yang mana diperkirakan apabila terjadi tsunami desa-desa tersebut akan terkena dampaknya. Apabila dilihat dari jumlah penduduk, jumlah keluarga dan kepadatan penduduk dari masing-masing desa dan kecamatan dapat dilihat pada tabel 1 s/d tabel 4.

Tabel 1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk di Kecamatan Cilacap Selatan dirinci menurut Kelurahan tahun 2005.

Kelurahan Village

Luas Wilayah (KM²)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/(KM²)

Tambakreja

1,560

22.280

14.282

Tegalreja

1,590

13.426

8.444

Sidakaya

1,310

12.036

9.188

Cilacap

1,710

15.904

9.301

Tegal Kamulyan

2,940

13.514

4.597

Jumlah

9,110

77.160

8.470

Sumber Cilacap Selatan dalam angka, 2005

Tabel 2

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk di kecamatan Cilacap Tengah dirinci menurut Kelurahan tahun 2005.

kelurahan Village

Luas Wilayah (KM²)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/(KM²)

Kutawaru

8,44

9.834

1.165

Lomanis

3,62

4.859

1.342

Donan

4,55

24.403

5.363

Sidanegara

3,38

30.204

8.936

Gunung Simping

2,17

14.286

6.583

Jumlah

22.16

83.586

3.772

Sumber : Cilacap Tengan dalam Angka, tahun 2005.

Tabel 3

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk di Kecamatan Cilacap Utara menurut Kelurahan tahun 2005.

Desa

Luas Wilayah

Jumlah

Kepadatan Penduduk

Village

[Km2]

Penduduk

(Jiwa/Km2]





Kebon Manis

1,99

10.117

5.084

Gumilir

3,36

13.687

4.074

Mertasinga

4,93

15.171

3.077

Tritih Kulon

5,03

16.025

3.186

Karang Talun

3,53

10.666

3.022

Jumlah

8,84

65.666

3.485

Sumber : Cilacap Utara dalam Angka, 2005.

Tabel 4

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk di Kecamatan Adipala menurut Kelurahan tahun 2005.

Desa

Luas Wilayah

Jumlah

Kepadatan Penduduk

Villages

[Km2]

Penduduk

[Jiwa/Km2]





Gombol Harjo

1,80

2.864

1.591

Wlahar

2,92

4.226

1.447

Bunton

5,02

5.469

1.089

Karanganyar

2,45

3.322

1.356

Karang Benda

4,49

2.669

594

Pedasong

1,88

1.762

937

Glempang Pasir

7,07

6.766

957

Welahan Wetan

5,82

5.899

1.014

Adiraja

5,04

5.623

1.116

Adireja Wetan

2,95

3.122

1.058

Adireja Kulon

1,33

1.462

1.099

Adipala

4,48

11.603

2.590

Penggalang

4,08

7.938

1.946

Karangsari

3,51

6.204

1.768

Kalikudi

3,81

5.874

1.542

Doplang

4,54

4.778

1.052

Jumlah

61,19

79.581

1.301

Sumber : Kecamatan Adipala dalam Angka, 2005

Tingkat kerentanan masing-masing desa yang dicirikan dengan warna, dimana warna merah menggambarkan tingkat kerentanan desa bersangkutan adalah tinggi, kuning menggambarkan sedang dan hijau adalah rendah. Untuk mengetahui tingkat kerentanan dari masing-masing desa yang diteliti dapat dilihat pada gambar 1.

Secara topografi daerah Kabupaten Cilacap, khsusunya di daerah ibukota kabupaten relatif datar dimana ketinggiannya tidak lebih dari 5 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan pengalaman tahun 2006 yang lalu dimana tinggi gelombang tsunami melebihi 3 meter dengan kecepatan yang relatif tinggi. Jadi apabila terjadi tsunami dengan pusat gempa di timur laut Cilacap, maka pada daerah perkotaan diperkirakan akan terendam. Mengingat jumlah penduduk dan juga industri yang banyak mempekerjakan karyawan terletak di daerah perkotaan, maka diperkirakan pada daerah ini akan banyak terjadi korban jiwa. Disamping itu juga tidak menutup kemungkinan terjadinya bahaya sekunder yang diakibatkan oleh rusaknya sarana yang ada di pabrik-pabrik tersebut. Dari bahaya sekunder ini selain dapat merenggut korban jiwa juga dapat mengakibatkan lumpuhnya perekonomian baik perekonomian lokal maupun nasional mengingat di daerah ini berdiri industri-industri strategis seperti pabrik semen, kilang minyak dan sebagainya.

Sumber : Herryal, dkk, 2007


Gambar Peta Kerentanan Daerah Kabupaten Cilacap

Untuk mengurangi jatuhnya korban, maka harus ada upaya dari pemerintah agar masyarakat lebih waspada. Salah satu caranya adalah dengan memberikan pendidikan (sosialisasi) kepada masyarakat khususnya pada daerah-daerah yang beresiko tinggi terhadap tsunami agar masyarakat mengetahui tanda-tanda tsunami, upaya-upaya yang harus dilakukan, sosialisasi tempat evakuasi dan juga rute evakuasi.

Mengingat di daerah Cilacap daerah yang tinggi ( lebih dari 10 meter di atas permukaan laut) hanya terdapat daerah sekitar lapangan terbang ”Tunggul Wulung”, dimana jarak lurus dari pantai sekitar 10 Km, maka perlu adanya sosialisasi tempat evakuasi ini. Jarak yang jauh ini rasanya akan sulit dijangkau oleh masyarkat apalagi dalam keadaan yang panik. Oleh karena itu perlu kiranya dibuat shelter-shelter yang berfungsi untuk menampung sementara para korban sebelum sampai pada titik evakuasi terakhir. Dari shelter-shelter ini korban dapat diangkut menggunakan kendaraan ke tempat yang lebih aman yang atelah ditentukan oleh pemerintah. Untuk keperluan ini telah dibuat usulan rute dan shelter-shelter yang harus disediakan seperti pada gambar 2.




Sumber: Herryal dkk, 2007

Gambar 2. Usulan Rute Evakuasi dan Shelter





Jumat, 04 Januari 2008


Warga Cilengkrang Kembangkan Akses Data Curah Hujan "On-line"

[BANDUNG] Warga Cilengkrang dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan akses data dari sensor curah hujan secara on-line. Hasil pengukuran dari alat produksi LIPI dengan standar World Meteorological Organization (WMO) ini bisa diakses lewat situs yang dikembangkan oleh komunitas warga RT05/RW13, Desa Jatiendah, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa barat.

"Alamat situsnya www.rt-net-kapelima.com," kata Dhanang Widijawan, Ketua RT 05/RW 13, Desa Jatiendah, di Bandung, Kamis (27/12). Data curah hujan yang dihitung dengan alat tersebut dapat membantu Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mengamati curah hujan secara langsung di daerahnya. Manfaat lainnya bisa diakses setiap waktu.

Kerja sama ini merupakan upaya dari empat pihak, LIPI, Kecamatan Cilengkrang, Politeknik Pos Indonesia, dan komunitas RT-Net-Kapelima.Com, yang mengembangkan jaringan internet di wilayah tempat tinggalnya.

Sugiono, juru bicara Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI mengatakan, kawasan tersebut dipilih sebagai tempat uji coba produknya karena sudah terakses dengan jaringan internet. "Sebelumnya, data-data curah hujan belum bisa diakses secara real time (langsung)," katanya.

Dengan adanya sensor curah hujan tersebut, pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengetahui banyaknya curah hujan yang terjadi setiap waktu. Data curah hujan yang dihasilkan secara otomatis dari sensor tersebut bisa dikirimkan langsung secara on-line melalui jaringan internet.

LIPI sudah memasang alat serupa di Cirata, Bili-bili. Tapi, alat yang sudah terpasang itu masih menggunakan radio telemetring buatan Jepang. "Peranti lunaknya buatan Indonesia. Sekarang kami mengujicoba produk sendiri," kata Sugiono.

Dia berharap, akses data secara on-line ini bisa membantu lembaga seperti Departemen Pekerjaan Umum (PU) dan juga Departemen Pertanian.

Dicontohkan, bila curah hujan di satu daerah melebihi 50 milimeter per harinya maka Departemen PU bisa memperkirakan seperti apa level airnya di daerah tersebut. Untuk Departemen Pertanian, data curah hujan bisa membantu dalam penentuan jenis tanaman dan masa tanam yang paling baik. Ini memang harus jadi kerja sama terkait. Uji coba ini paling baik lima tahun untuk mengumpulkan datanya.

Kemampuan resapan air tanah, temperatur, kelembapan, dan angin bisa ditumpangkan pada alat ini. Sekarang baru mengukur curah hujan, katanya.

Keterlibatan komunitas RT-Net-Kapelima.Com, kata Dhanang, berawal dari kebutuhan akan informasi yang efisien dari masyarakat. "Kami menggunakan jasa operator internet untuk akses internet. Tapi itu dikembangkan oleh kami lewat manajemen jaringan, sehingga masyarakat yang lain bisa ikut mengakses internet," katanya.

Dia berharap ke depannya, masyarakat di sekitarnya tidak hanya mampu mengenal internet, tapi juga bisa mengembangkan layanan yang ada. Misalnya, belajar lewat dunia maya, membuat kartu tanda penduduk, dan kartu keluarga secara on-line.

"Kami juga ingin agar para petani di sini bisa memasarkan produknya secara on-line. Karena dengan jaringan yang ada, kita bisa juga menyaksikan siaran televisi, telepon, sampai mengirim pesan singkat dengan biaya yang lebih murah. Malah bisa gratis," katanya. [153]


Last modified: 28/12/07
Di posting oleh sugiono dari sumber Suara pembaharuan Daily

ISU PEMANASAN GLOBAL
Oleh Yattie Setiati

PENDAHULUAN
Conference of Parties Ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change (C0P 13, UNFCCC), 3-14 Desember 2007 di Denpasar, Bali, sudah selesai digelar. Rusaknya hutan diklaim seakan sebagai penyebab utama pemanasan global. Selalu diberitakan kebakaran hutan dan gambut yang ikut meningkatkan tinggi muka laut akibat naiknya suhu udara dan melelehnya es di Greenland dan Antartika.
Permasalahannya, sebagian terbesar hutan dunia kini dinilai telah rusak. Meskipun negara maju di Eropa dan Amerika Serikat sebagai pengemisi karbon terbesar dunia justru telah lama kehilangan hutannya, mata dunia hanya tertuju kepada hutan negara berkembang yang dijadikan tumpuan menyerap karbon buangan negara maju. Kerusakan hutan di negara berkembang, termasuk Indonesia, dipaksa ikut mempertanggungjawabkan meningkatnya pemanasan global.
Indonesia memang sempat mengalami kehilangan hutan yang cukup besar. Tahun 1970 terjadi kerusakan hutan seluas 300.000 hektar, meningkat menjadi 600.000 hektar per tahun (1981), dan menjadi 1 juta hektar per tahun pada tahun 1990. Data kerusakan hutan nasional tahun 1985-1997, tidak termasuk Papua, tercatat seluas rata-rata 1,6 juta hektar per tahun.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PEMANASAN GLOBAL?
Pemanasan global ialah peristiwa naiknya intensitas Efek Rumah Kaca (ERK). ERK terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas, yaitu sinar inframerah, yang dipancarkan oleh bumi. Gas itu disebut gas rumah kaca (GRK). Dengan penyerapan itu sinar panas terperangkap sehingga suhu permukaan bumi meningkat.
Istilah efek rumah kaca (greenhouse effect) berasal dari pengalaman petani di daerah iklim sedang. Dalam musim rontok, musim dingin dan musim semi, pada waktu suhu masih dingin, petani itu menanam sayuran dan bibit tanaman dalam rumah kaca. Pada siang hari pada waktu hari cerah suhu dalam rumah kaca itu lebih tinggi daripada di luar bangunan rumah kaca, walaupun alat pemanas tidak dinyalakan. Kenaikan suhu dalam rumah kaca itu disebut Efek Rumah Kaca. Kenaikan suhu itu disebabkan oleh terperangkapnya panas di dalam rumah kaca.. Jadi efek rumah kaca tidaklah berkaitan dengan dibangunnya banyak gedung yang berdinding kaca.

Seandainya tidak ada GRK dan karena itu tidak ada ERK, suhu permukaan bumi rata-rata akan hanya -18ºC saja, terlalu dingin bagi kehidupan mahluk hidup. Dengan adaya ERK suhu bumi adalah rata-rata 15ºC, seperti yang kita kenal. Jadi ERK sangat berguna bagi kehidupan di bumi. Pada akhir-akhir ini tercatat kadar GRK dalam atmosfer meningkat, yaitu gas CO2 dan beberapa gas lain. Dengan naiknya GRK dikhawatirkan intensitas ERK pun akan meningkat sehingga suhu permukaan bumi akan naik.

GRK dapat dihasilkan baik secara alamiah maupun dari hasil kegiatan manusia. Namun sebagian besar yang menyebabkan terjadi perubahan komposisi GRK di atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan keangkasa sebagai “hasil sampingan” dari aktifitas manusia untuk membangun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini. Dimulai sejak manusia menemukan teknologi industri pada abad 18, banyak menggunakan bahan bakar primer seperti minyak bumi, gas maupun batubara untuk menghasilkan energi yang diperlukan. Ternyata selain energi, dihasilkan pula gas-gas rumah kaca sebagai tambahan.

KENAIKAN SUHU UDARA
Emisi karbon sampai dengan tahun 2000-an yang meningkat menjadi sekitar 6,5 miliar ton hanya dalam waktu setengah abad menyebabkan kenaikan suhu rata-rata dunia sekitar 0,13 derajat Celsius setiap dekade.
Sumber-sumber emisi karbondioksida secara global dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar fosil (minyak bumi dan batu bara):
- 36% dari industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll)
- 27% dari sektor transportasi
- 21% dari sektor industri
- 15% dari sektor rumah tangga & jasa
- 1% dari sektor lain -lain.

Meskipun tiga perempat bagian dari emisi karbon disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil, kerusakan hutan terutama disebabkan oleh penebangan yang berlebihan, kebakaran hutan, dan perubahan fungsi lahan hutan tetap dianggap memperparah terjadinya emisi karbon dunia.

KERUSAKAN HUTAN DI INDONESIA
Kerusakan hutan di Indonesia sudah terjadi sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Hal ini makin diperparah dengan terjadinya pembalakan liar dimana-mana, oleh orang/perusahaan yang tidak bertanggung jawab. Perbaikan hutan di Indonesia telah mulai dilakukan di lahan Perum Perhutani, perkembangan tutupan hutan khususnya di Pulau Jawa, baik di kawasan hutan negara maupun yang dilakukan rakyat di tanah milik, justru menggembirakan. Dari kawasan hutan seluas 2,426 juta hektar Pulau Jawa-Madura yang dikuasakan kepada Perum Perhutani, antara tahun 2000 dan tahun 2003 terjadi peningkatan luas tutupan hutannya.
Di kawasan hutan terjadi peningkatan tutupan hutan sebesar 2,2 persen atau seluas 69.520 hektar. Peningkatan itu di antaranya di kawasan hutan lindung meningkat 0,5 persen dan di hutan produksi sebesar 1,6 persen. Di lahan masyarakat terjadi peningkatan luas lahan berhutan sebesar 3,2 persen atau seluas 328.806 hektar. Hal ini menunjukkan perkembangan hutan rakyat yang cukup pesat selama kurun waktu tersebut.
Pencanangan Perhutani Hijau 2010 oleh Perum Perhutani pun berdampak besar. Dengan hanya menebang tidak lebih dari 6.000 hektar, Perum Perhutani menanam sekitar 121.000 hektar pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 akan dilakukan penanaman seluas 201.500 hektar. Sebelum tahun 2010, kawasan hutan Jawa yang dikelola Perum Perhutani akan bebas tanah kosong.

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
Pada tahun 2100, temperatur atmosfer akan meningkat 1.5 – 4.5 derajat Celcius, dampak yang akan terjadi antara lain :
- Musnahnya berbagai jenis keanekragaman hayati
- Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir
- Mencairnya es dan glasier di kutub
- Meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang berkepanjangan
- Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Pada tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut naik hingga
15 - 95 cm.

- Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh dunia
- Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan
- Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria, ke daerah -daerah baru karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk)
- Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian.

USAHA UNTUK MENURUNKAN AKIBAT PEMANASAN GLOBAL

Usaha-usaha penurunan emisi GRK/ pemanasan global di berbagai sektor, antara lain :

Sektor energi:
- mengurangi subsidi bahan bakar fosil
- pajak karbon untuk bahan bakar fosil
- penetapan harga listrik dari energi terbarukan
- kewajiban menggunakan energi terbarukan
- subsidi bagi produsen

Sektor transportasi :
- kewajiban ekonomi bahan bakar, penggunaan biofuel, dan standar CO2 untuk alat transportasi jalan raya
- pajak untuk pembelian kendaraan, STNK, bahan bakar, serta tarif penggunaan jalan dan parkir
- merancang kebutuhan transportasi melalui regulasi penggunaan lahan serta perencanaan infrastruktur
- melakukan investasi pada fasilitas angkutan umum dan transportasi tak bermotor

Sektor pertanian:
Insentif finansial serta regulasi-regulasi untuk memperbaiki manajeman lahan, mempertahankan kandungan karbon di dalam tanah, penggunaan pupuk dan irigasi yang efisien

Sektor kehutanan:
Insentif finansial (nasional dan internasional) untuk memperluas area hutan, mengurangi kerusakan hutan, mempertahankan hutan, serta manajemen hutan
Regulasi pemanfaatan lahan serta penegakan regulasi tersebut

Sektor manajemen limbah:
- insentif finansial untuk manajeman sampah dan limbah cair yang lebih baik
- insentif atau kewajiban menggunakan energi terbarukan
- regulasi manajemen limbah

KESIMPULAN

- Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca (pemanasan global). Selayaknya
negara-negara maju lebih memahami potensi dirinya sebagai penyumbang utama terjadinya pemanasan global ( justru telah lama
kehilangan hutannya), untuk meningkatkan bantuan bagi pengembangan penghijauan hutan dan lahan negara berkembang,
khususnya Indonesia, yang dianggap mereka lalai menjaga kelestarian hutannya.

- Seluruh masyarakat dunia harus turut berpartisipasi untuk mengurangi terjadinya pemanasan global, dalam setiap kegiatannya.

DAFTAR BACAAN

1. Hadimuljono, Basuki, 2007, Pemanasan dan Perubahan Iklim Global Serta Dampaknya Terhadap Sumber Daya Air, Jakarta, KIPNAS
IX.
2. Haneda, 2004, Hubungan Efek Rumah Kaca Pemanasan Global dan Perubahan Iklim, down load, 10-12-2007
3. http://www.pelangi.or.id, Kebijakan tak berubah, pemanasan global meningkat, download, 11-12-2007
4. Soemarwoto, Otto, 1997, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Djambatan.
5. Tanya Jawab Pemanasan Global dan Perubahan Iklim, download, 7-12-2007

Diedit dan diposting Oleh : Sugiono