Permasalahannya, sebagian terbesar hutan dunia kini dinilai telah rusak. Meskipun negara maju di Eropa dan Amerika Serikat sebagai pengemisi karbon terbesar dunia justru telah lama kehilangan hutannya, mata dunia hanya tertuju kepada hutan negara berkembang yang dijadikan tumpuan menyerap karbon buangan negara maju. Kerusakan hutan di negara berkembang, termasuk Indonesia, dipaksa ikut mempertanggungjawabkan meningkatnya pemanasan global.
Indonesia memang sempat mengalami kehilangan hutan yang cukup besar. Tahun 1970 terjadi kerusakan hutan seluas 300.000 hektar, meningkat menjadi 600.000 hektar per tahun (1981), dan menjadi 1 juta hektar per tahun pada tahun 1990. Data kerusakan hutan nasional tahun 1985-1997, tidak termasuk Papua, tercatat seluas rata-rata 1,6 juta hektar per tahun.
APA YANG DIMAKSUD DENGAN PEMANASAN GLOBAL?
Istilah efek rumah kaca (greenhouse effect) berasal dari pengalaman petani di daerah iklim sedang. Dalam musim rontok, musim dingin dan musim semi, pada waktu suhu masih dingin, petani itu menanam sayuran dan bibit tanaman dalam rumah kaca. Pada siang hari pada waktu hari cerah suhu dalam rumah kaca itu lebih tinggi daripada di luar bangunan rumah kaca, walaupun alat pemanas tidak dinyalakan. Kenaikan suhu dalam rumah kaca itu disebut Efek Rumah Kaca. Kenaikan suhu itu disebabkan oleh terperangkapnya panas di dalam rumah kaca.. Jadi efek rumah kaca tidaklah berkaitan dengan dibangunnya banyak gedung yang berdinding kaca.
KENAIKAN SUHU UDARA
Sumber-sumber emisi karbondioksida secara global dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar fosil (minyak bumi dan batu bara):
- 36% dari industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll)
- 27% dari sektor transportasi
- 21% dari sektor industri
- 15% dari sektor rumah tangga & jasa
- 1% dari sektor lain -lain.
Meskipun tiga perempat bagian dari emisi karbon disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil, kerusakan hutan terutama disebabkan oleh penebangan yang berlebihan, kebakaran hutan, dan perubahan fungsi lahan hutan tetap dianggap memperparah terjadinya emisi karbon dunia.
KERUSAKAN HUTAN DI INDONESIA
Di kawasan hutan terjadi peningkatan tutupan hutan sebesar 2,2 persen atau seluas 69.520 hektar. Peningkatan itu di antaranya di kawasan hutan lindung meningkat 0,5 persen dan di hutan produksi sebesar 1,6 persen. Di lahan masyarakat terjadi peningkatan luas lahan berhutan sebesar 3,2 persen atau seluas 328.806 hektar. Hal ini menunjukkan perkembangan hutan rakyat yang cukup pesat selama kurun waktu tersebut.
Pencanangan Perhutani Hijau 2010 oleh Perum Perhutani pun berdampak besar. Dengan hanya menebang tidak lebih dari 6.000 hektar, Perum Perhutani menanam sekitar 121.000 hektar pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 akan dilakukan penanaman seluas 201.500 hektar. Sebelum tahun 2010, kawasan hutan Jawa yang dikelola Perum Perhutani akan bebas tanah kosong.
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
- Musnahnya berbagai jenis keanekragaman hayati
- Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir
- Mencairnya es dan glasier di kutub
- Meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang berkepanjangan
- Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Pada tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut naik hingga
15 - 95 cm.
- Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh dunia
- Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan
- Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria, ke daerah -daerah baru karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk)
- Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian.
USAHA UNTUK MENURUNKAN AKIBAT PEMANASAN GLOBAL
Usaha-usaha penurunan emisi GRK/ pemanasan global di berbagai sektor, antara lain :
- mengurangi subsidi bahan bakar fosil
- pajak karbon untuk bahan bakar fosil
- penetapan harga listrik dari energi terbarukan
- kewajiban menggunakan energi terbarukan
- subsidi bagi produsen
Sektor transportasi :
- kewajiban ekonomi bahan bakar, penggunaan biofuel, dan standar CO2 untuk alat transportasi jalan raya
- pajak untuk pembelian kendaraan, STNK, bahan bakar, serta tarif penggunaan jalan dan parkir
- merancang kebutuhan transportasi melalui regulasi penggunaan lahan serta perencanaan infrastruktur
- melakukan investasi pada fasilitas angkutan umum dan transportasi tak bermotor
Sektor pertanian:
Insentif finansial serta regulasi-regulasi untuk memperbaiki manajeman lahan, mempertahankan kandungan karbon di dalam tanah, penggunaan pupuk dan irigasi yang efisien
Sektor kehutanan:
Insentif finansial (nasional dan internasional) untuk memperluas area hutan, mengurangi kerusakan hutan, mempertahankan hutan, serta manajemen hutan
Regulasi pemanfaatan lahan serta penegakan regulasi tersebut
Sektor manajemen limbah:
- insentif finansial untuk manajeman sampah dan limbah cair yang lebih baik
- insentif atau kewajiban menggunakan energi terbarukan
- regulasi manajemen limbah
KESIMPULAN
negara-negara maju lebih memahami potensi dirinya sebagai penyumbang utama terjadinya pemanasan global ( justru telah lama
kehilangan hutannya), untuk meningkatkan bantuan bagi pengembangan penghijauan hutan dan lahan negara berkembang,
khususnya Indonesia, yang dianggap mereka lalai menjaga kelestarian hutannya.
- Seluruh masyarakat dunia harus turut berpartisipasi untuk mengurangi terjadinya pemanasan global, dalam setiap kegiatannya.
DAFTAR BACAAN
IX.
2. Haneda, 2004, Hubungan Efek Rumah Kaca Pemanasan Global dan Perubahan Iklim, down load, 10-12-2007
3. http://www.pelangi.or.id, Kebijakan tak berubah, pemanasan global meningkat, download, 11-12-2007
4. Soemarwoto, Otto, 1997, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Djambatan.
5. Tanya Jawab Pemanasan Global dan Perubahan Iklim, download, 7-12-2007
Diedit dan diposting Oleh : Sugiono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar