Anggota Fortamas LIPI
BANDUNG,SUBANG DAN KARANGSAMBUNG

Media ini merupakan alat promosi usaha anda, bila anda ingin bergabung silahkan kirim e-mail pada :

fortamas.lipi.bdg@gmail.com

Jumat, 04 Januari 2008

ISU PEMANASAN GLOBAL
Oleh Yattie Setiati

PENDAHULUAN
Conference of Parties Ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change (C0P 13, UNFCCC), 3-14 Desember 2007 di Denpasar, Bali, sudah selesai digelar. Rusaknya hutan diklaim seakan sebagai penyebab utama pemanasan global. Selalu diberitakan kebakaran hutan dan gambut yang ikut meningkatkan tinggi muka laut akibat naiknya suhu udara dan melelehnya es di Greenland dan Antartika.
Permasalahannya, sebagian terbesar hutan dunia kini dinilai telah rusak. Meskipun negara maju di Eropa dan Amerika Serikat sebagai pengemisi karbon terbesar dunia justru telah lama kehilangan hutannya, mata dunia hanya tertuju kepada hutan negara berkembang yang dijadikan tumpuan menyerap karbon buangan negara maju. Kerusakan hutan di negara berkembang, termasuk Indonesia, dipaksa ikut mempertanggungjawabkan meningkatnya pemanasan global.
Indonesia memang sempat mengalami kehilangan hutan yang cukup besar. Tahun 1970 terjadi kerusakan hutan seluas 300.000 hektar, meningkat menjadi 600.000 hektar per tahun (1981), dan menjadi 1 juta hektar per tahun pada tahun 1990. Data kerusakan hutan nasional tahun 1985-1997, tidak termasuk Papua, tercatat seluas rata-rata 1,6 juta hektar per tahun.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PEMANASAN GLOBAL?
Pemanasan global ialah peristiwa naiknya intensitas Efek Rumah Kaca (ERK). ERK terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas, yaitu sinar inframerah, yang dipancarkan oleh bumi. Gas itu disebut gas rumah kaca (GRK). Dengan penyerapan itu sinar panas terperangkap sehingga suhu permukaan bumi meningkat.
Istilah efek rumah kaca (greenhouse effect) berasal dari pengalaman petani di daerah iklim sedang. Dalam musim rontok, musim dingin dan musim semi, pada waktu suhu masih dingin, petani itu menanam sayuran dan bibit tanaman dalam rumah kaca. Pada siang hari pada waktu hari cerah suhu dalam rumah kaca itu lebih tinggi daripada di luar bangunan rumah kaca, walaupun alat pemanas tidak dinyalakan. Kenaikan suhu dalam rumah kaca itu disebut Efek Rumah Kaca. Kenaikan suhu itu disebabkan oleh terperangkapnya panas di dalam rumah kaca.. Jadi efek rumah kaca tidaklah berkaitan dengan dibangunnya banyak gedung yang berdinding kaca.

Seandainya tidak ada GRK dan karena itu tidak ada ERK, suhu permukaan bumi rata-rata akan hanya -18ºC saja, terlalu dingin bagi kehidupan mahluk hidup. Dengan adaya ERK suhu bumi adalah rata-rata 15ºC, seperti yang kita kenal. Jadi ERK sangat berguna bagi kehidupan di bumi. Pada akhir-akhir ini tercatat kadar GRK dalam atmosfer meningkat, yaitu gas CO2 dan beberapa gas lain. Dengan naiknya GRK dikhawatirkan intensitas ERK pun akan meningkat sehingga suhu permukaan bumi akan naik.

GRK dapat dihasilkan baik secara alamiah maupun dari hasil kegiatan manusia. Namun sebagian besar yang menyebabkan terjadi perubahan komposisi GRK di atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan keangkasa sebagai “hasil sampingan” dari aktifitas manusia untuk membangun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini. Dimulai sejak manusia menemukan teknologi industri pada abad 18, banyak menggunakan bahan bakar primer seperti minyak bumi, gas maupun batubara untuk menghasilkan energi yang diperlukan. Ternyata selain energi, dihasilkan pula gas-gas rumah kaca sebagai tambahan.

KENAIKAN SUHU UDARA
Emisi karbon sampai dengan tahun 2000-an yang meningkat menjadi sekitar 6,5 miliar ton hanya dalam waktu setengah abad menyebabkan kenaikan suhu rata-rata dunia sekitar 0,13 derajat Celsius setiap dekade.
Sumber-sumber emisi karbondioksida secara global dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar fosil (minyak bumi dan batu bara):
- 36% dari industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll)
- 27% dari sektor transportasi
- 21% dari sektor industri
- 15% dari sektor rumah tangga & jasa
- 1% dari sektor lain -lain.

Meskipun tiga perempat bagian dari emisi karbon disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil, kerusakan hutan terutama disebabkan oleh penebangan yang berlebihan, kebakaran hutan, dan perubahan fungsi lahan hutan tetap dianggap memperparah terjadinya emisi karbon dunia.

KERUSAKAN HUTAN DI INDONESIA
Kerusakan hutan di Indonesia sudah terjadi sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Hal ini makin diperparah dengan terjadinya pembalakan liar dimana-mana, oleh orang/perusahaan yang tidak bertanggung jawab. Perbaikan hutan di Indonesia telah mulai dilakukan di lahan Perum Perhutani, perkembangan tutupan hutan khususnya di Pulau Jawa, baik di kawasan hutan negara maupun yang dilakukan rakyat di tanah milik, justru menggembirakan. Dari kawasan hutan seluas 2,426 juta hektar Pulau Jawa-Madura yang dikuasakan kepada Perum Perhutani, antara tahun 2000 dan tahun 2003 terjadi peningkatan luas tutupan hutannya.
Di kawasan hutan terjadi peningkatan tutupan hutan sebesar 2,2 persen atau seluas 69.520 hektar. Peningkatan itu di antaranya di kawasan hutan lindung meningkat 0,5 persen dan di hutan produksi sebesar 1,6 persen. Di lahan masyarakat terjadi peningkatan luas lahan berhutan sebesar 3,2 persen atau seluas 328.806 hektar. Hal ini menunjukkan perkembangan hutan rakyat yang cukup pesat selama kurun waktu tersebut.
Pencanangan Perhutani Hijau 2010 oleh Perum Perhutani pun berdampak besar. Dengan hanya menebang tidak lebih dari 6.000 hektar, Perum Perhutani menanam sekitar 121.000 hektar pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 akan dilakukan penanaman seluas 201.500 hektar. Sebelum tahun 2010, kawasan hutan Jawa yang dikelola Perum Perhutani akan bebas tanah kosong.

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
Pada tahun 2100, temperatur atmosfer akan meningkat 1.5 – 4.5 derajat Celcius, dampak yang akan terjadi antara lain :
- Musnahnya berbagai jenis keanekragaman hayati
- Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir
- Mencairnya es dan glasier di kutub
- Meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang berkepanjangan
- Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Pada tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut naik hingga
15 - 95 cm.

- Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh dunia
- Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan
- Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria, ke daerah -daerah baru karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk)
- Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian.

USAHA UNTUK MENURUNKAN AKIBAT PEMANASAN GLOBAL

Usaha-usaha penurunan emisi GRK/ pemanasan global di berbagai sektor, antara lain :

Sektor energi:
- mengurangi subsidi bahan bakar fosil
- pajak karbon untuk bahan bakar fosil
- penetapan harga listrik dari energi terbarukan
- kewajiban menggunakan energi terbarukan
- subsidi bagi produsen

Sektor transportasi :
- kewajiban ekonomi bahan bakar, penggunaan biofuel, dan standar CO2 untuk alat transportasi jalan raya
- pajak untuk pembelian kendaraan, STNK, bahan bakar, serta tarif penggunaan jalan dan parkir
- merancang kebutuhan transportasi melalui regulasi penggunaan lahan serta perencanaan infrastruktur
- melakukan investasi pada fasilitas angkutan umum dan transportasi tak bermotor

Sektor pertanian:
Insentif finansial serta regulasi-regulasi untuk memperbaiki manajeman lahan, mempertahankan kandungan karbon di dalam tanah, penggunaan pupuk dan irigasi yang efisien

Sektor kehutanan:
Insentif finansial (nasional dan internasional) untuk memperluas area hutan, mengurangi kerusakan hutan, mempertahankan hutan, serta manajemen hutan
Regulasi pemanfaatan lahan serta penegakan regulasi tersebut

Sektor manajemen limbah:
- insentif finansial untuk manajeman sampah dan limbah cair yang lebih baik
- insentif atau kewajiban menggunakan energi terbarukan
- regulasi manajemen limbah

KESIMPULAN

- Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca (pemanasan global). Selayaknya
negara-negara maju lebih memahami potensi dirinya sebagai penyumbang utama terjadinya pemanasan global ( justru telah lama
kehilangan hutannya), untuk meningkatkan bantuan bagi pengembangan penghijauan hutan dan lahan negara berkembang,
khususnya Indonesia, yang dianggap mereka lalai menjaga kelestarian hutannya.

- Seluruh masyarakat dunia harus turut berpartisipasi untuk mengurangi terjadinya pemanasan global, dalam setiap kegiatannya.

DAFTAR BACAAN

1. Hadimuljono, Basuki, 2007, Pemanasan dan Perubahan Iklim Global Serta Dampaknya Terhadap Sumber Daya Air, Jakarta, KIPNAS
IX.
2. Haneda, 2004, Hubungan Efek Rumah Kaca Pemanasan Global dan Perubahan Iklim, down load, 10-12-2007
3. http://www.pelangi.or.id, Kebijakan tak berubah, pemanasan global meningkat, download, 11-12-2007
4. Soemarwoto, Otto, 1997, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Djambatan.
5. Tanya Jawab Pemanasan Global dan Perubahan Iklim, download, 7-12-2007

Diedit dan diposting Oleh : Sugiono

Tidak ada komentar: